error: Content is protected !!
Pengertian Tari Kelompok dan Contohnya

Pengertian Tari Kelompok dan Contohnya



Hai Sobat Penaseo... Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan artikel tentang Tari Kelompok. Jika penasaran, silahkan simak lebih lanjut dan baca postingan ini sampai selesai ya.

Pengertian Tari Kelompok

Tari Kelompok adalah bentuk penampilan tari yang disajikan secara berkelompok lebih dari dua orang penari. Dalam penyajiannya tari kelompok dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Tari Kelompok dengan Jumlah Penari Tertentu

Yaitu tari berkelompok yang diciptakan dengan jumlah penari sudah ditentukan jumlahnya berdasar isi dan cerita tarinya. Dalam penyajiannya tidak boleh ditambah atau dikurangi.

Contohnya :
a. Tari Bedhaya Ketawang (9 penari)
b. Tari Bedhaya Semang (9 penari)
c. Tari Bedhaya Anglir Mendung (7 penari)
d. Tari Serimpi Pandelori (4 penari)
e. Tari Serimpi Renggowati (5 penari)
f. Beksan Lawung (16 penari)

2. Tari Kelompok dengan Jumlah Penari Tidak Tertentu

Yaitu tari berkelompok yang ketika diciptakan jumlah penarinya tidak ditentukan. Dalam penyajiannya jumlah penari boleh banyak atau sedikit menurut koreografinya.

Contohnya :
a. Tari Kuda Lumping (Jawa Tengah)
b. Tari Ndolalak (Jawa Tengah)
c. Tari Kubro Siswo (Yogyakarta)
d. Tari Saman (Aceh)
e. Tari Kecak (Bali)
f. Tari Rodat (Yogyakarta)

3. Tari Kelompok Dramatik

Yaitu tari berkelompok yang jumlah penarinya ditentukan berdasarkan tema dan ceritanya. Dalam penyajiannya jumlah penari ditentukan berdasar tokoh-tokoh pameran dalam tari tersebut.

Contohnya :
a. Langendriyan Minak Jinggo Lena
b. Langen Mandra Wanara
c. Sendratari Ramayana
d. Sendratari Panji Semirang
e. Sendratari Roro Jonggrang
f. Wayang Topeng Gunungsari Candrakirana

Sekian rangkuman yang saya berikan mengenai pengertian tari kelompok dan contohnya. Semoga artikel ini bisa menjadi referensi tugas sekolah bagi adik-adik yang terdampak pandemi.
Pengertian Tari Berpasangan dan Contohnya

Pengertian Tari Berpasangan dan Contohnya



Indonesia memiliki berbagai macam tari berpasangan dan tari kelompok dari berbagai daerah. Tari berpasangan dan tari kelompok Nusantara mempunyai bentuk, jenis tari dan fungsi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan adat-istiadat di lingkungan masyarakat sekitarnya.

Pengertian Tari Berpasangan

Tari Berpasangan adalah bentuk penampilan tari yang disajikan secara berpasangan (dua orang penari). Tari berpasangan dapat disajikan oleh penari yang sejenis (putra-putra atau putri-putri) dan berlainan jenis (putra-putri). Dalam penyajiannya, tari berpasangan dibagi menjadi 2 kelompok.

Tari Berpasangan Dramatik

Tari Berpasangan Dramatik yaitu tari berpasangan yang dalam pengungkapan geraknya menggunakan cerita. Tari Berpasangan Dramatik hanya disajikan oleh sepasang penari saja.

Contoh Tari Berpasangan Dramatik

- Tari Bambangan Cakil (Jawa Tengah)
- Tari Retno Tinanding (Jawa Tengah)
- Tari Kelaswara Adininggar (Jawa Tengah)
- Tari Srikandi Bisma (Jawa Tengah)
- Tari Sancaya Kusumawicitra (Yogyakarta)
- Tari Karonsih (Yogyakarta)

Tari Berpasangan Non Dramatik

Tari Berpasangan Non Dramatik yaitu tari berpasangan yang dalam pengungkapan geraknya tidak menggunakan cerita. Tari Berpasangan Non Dramatik bisa ditarikan lebih dari sepasang penari.

Contoh Tari Berpasangan Non Dramatik

- Tari Cipat Cipit (Banyumas)
- Tari Serampang Duabelas (Sumatera Barat)
- Tari Joged Bumbung (Bali)
- Tari Ketuk Tilu (Jawa Barat)
- Tari Lenso (Maluku)
- Tari Giring-Giring (Kalimantan)

Itulah rangkuman tentang pengertian tari berpasangan dan contohnya dari tari berpasangan dramatik dan tari berpasangan non dramatik. Semoga bermanfaat.
Contoh Musik Tradisional Nusantara Lengkap dengan Penjelasannya

Contoh Musik Tradisional Nusantara Lengkap dengan Penjelasannya



Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan rangkuman tentang contoh musik tradisional nusantara lengkap dengan penjelasan dan alat musiknya. Jika penasaran, langsung saja simak penjabarannya berikut ini.

Contoh Musik Tradisional Nusantara


1. Musik Tradisional Daerah Aceh

Didong merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari rakyat Aceh Gayo. Didong merupakan pertunjukan dua kelompok pedidong yang saling mendendangkan teka-teki dan jawaban yang berupa syair-syair puisi.

Peralatan yang dipergunakan pada mulanya bantal (tepukan bantal) dan tangan (tepukan tangan dari para pemainnya). Namun, dalam perkembangan selanjutnya ada juga yang menggunakan seruling, harmonika, dan alat musik lainnya yang disisipi dengan gerak pengiring yang relatif sederhana, yaitu menggerakkan badan ke depan atau ke samping.

Dalam satu kelompok kesenian didong dapat mencapai 30 orang yang biasanya terdiri dari 4-5 orang "ceh" dan anggota lainnya sebagai "penunung". Ceh adalah orang yang dituntut memiliki bakat yang komplit dan mempunyai kreativitas yang tinggi.

Musik tradisional lainnya yang berasal dari Aceh adalah Harubab, Serune Kalee (sejenis clarinet), canang trieng / teganing (kenong), gambus, warwas, gedumba (gendang) dan rapai (gendang satu sisi).

2. Musik Tradisional Sumatera Utara

Gondang adalah musik tradisional dari Sumatera Utara yang disajikan dalam bentuk ensambel gendang. Alat-alat musik yang digunakan dalam musik tradisional gondang antara lain : Gendang (sebanyak 5-9 buah dengan ukuran yang berbeda-beda), Gong, Serunai, dan Simbal. Dapat juga ditambah dengan Gitar.

Musik Gondang digunakan untuk acara seperti pernikahan, ulang tahun, pertemuan dalam satu marga, dan acara-acara yang lain. Musik Gondang dari Sumatera Utara ini juga pernah mewakili Indonesia untuk mengikuti pertunjukan musik tradisional di Edinbrugh Festival Schotlandia.

Musik tradisional lainnya yang berasal dari Sumatera Utara adalah Tata Ganing. Alat musik yang digunakan antara lain : Gerantung (sejenis gambang), Gong, Salodap, Salonat, Sordam, dan Tarafit (sejenis suling), Tanggelong, Arbab, Hasapi, Hapetan, dan Kulcapi.

3. Musik Tradisional Sumatera Barat

Talempong adalah alat musik tradisional Sumatera Barat yang bentuknya menyerupai instrumen bonang dalam perangkat gamelan Jawa. Talempong terbuat dari logam kuningan.

Berdasarkan cara memainkannya musik talempong dikelompokkan menjadi dua macam yaitu : Talempong Duduk, dan Talempong Pacik.

Talempong Duduk adalah jenis talempong yang diletakkan di atas standar yang pendek dan ditata rapi sehingga pemainnya dapat memainkannya dengan bersimpuh diatas alas.

Sedangkan Talempong Pacik adalah jenis talempong yang cara memainkannya dengan dijinjing baik sambil duduk, berdiri, maupun berjalan dan menari-nari. Talempong jenis ini biasanya dimainkan oleh kaum pria.

Setiap pemain dapat membawa 1-2 talempong dengan satu pemukul. Musik Talempong memiliki dua macam tangganada pentatonis yaitu 5-6-1-2-3 dan 1-2-3-4-5. Alat musik lain yang dimainkan bersama talempong diantaranya adalah :

- Alat Perkusi, seperti gendang dol, gendang sedang, ketipung, rebana dan canang.
- Alat Tiup, seperti serunai, saluang, puput tanduk, dan puput batang padi.
- Alat Musik, Barat sebagai pendukung seperti gitar, terompet, dan biola.

4. Musik Tradisional Jakarta (Betawi)

Tanjidor adalah salah satu jenis musik tradisional Betawi yang banyak mendapat pengaruh dar musik Eropa. Alat-alat musik yang digunakan sebagian besar merupakan alat tiup logam.

Secara lengkap instrumen musik yang digunkan dalam orkes tanjidor adalah klarinet, pistone, trombon, terompet, saksofon tenor, saksofon bass, drum, simbal, side drum.

Pemain tanjidor terdiri dari 7-10 orang pemain musik dan 1-2 orang penyanyi.

Pada zaman dahulu sering dimainkan oleh para sekelompok petani yang menghabiskan waktunya setelah musim panen. Pada masa-masa sekarang hanya sesekali saja ditampilkan apabila ada acara penyambutan tamu agung dan perhelatan atau pengarakan pengantin.

Musik Tradisional lainnya yang berasal dari Betawi adalah Gambang Kromong, Marawis, Gamelan Ajeng dan Keroncong Tugu.

5. Musik Tradisional Jawa Barat

Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Tanah Sunda, terbuat dari bambu, dan dibunyikan dengan cara digoyangkan. Bunyi yang dihasilkan disebabkan oleh benturan badan pipa bambu yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.

Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisional Jawa Barat kebanyakan adalah salendro dan pelog. Asal-usul terciptanya musik angklung adalah mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip).

Sebuah persembahan terhadap Nyai Sri Pohaci, serta upaya nyinglar (tolak bala) agar dalam cocok tanam mereka tidak terjadi malapetaka, baik gangguan hama maupun bencana alam lainnya.

Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera.

Sejak 1966, Udjo Ngalagena tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas termasuk anak-anak.

Musik tradisional lainnya yang berasal dari Jawa Barat adalah Calung, Tarling, Arumba, Gending Cianjuran, Gamelan Degung dan Klenengan.

6. Musik Tradisional Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta

Gamelan adalah musik tradisional yang dapat ditemukan di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta. Dalam musik gamelan digunakan seperangkat alat musik yang terdiri dari saron, bonang, gender, slenthem, demung, kethuk, kenong, kendhang, rebab, gambang, kempul, dan gong.

Musik gamelan dapat disajikan sebagai pengiring tari, pertunjukan wayang kulit, pertunjukan atau tari tradisional lain yang diiringi musik sejenis gamelan misalnya : Lengger, Tayub, Jathilan, Barongan, dan Ebeg (Kuda kepang).

Teknik vokal yang digunakan dalam menyanyikan lagu (tembang)-nya adalah teknik falset. Terutama untuk nada-nada tinggi. Penyanyi wanita dalam tembang Jawa/musik gamelan disebut Sindhen. Notasi (Laras) yang digunakan dalam musik gamelan terdiri dari tangganada pelog dan slendro.

Tangga nada slendro memiliki 5 titinada, yaitu : 1-2-3-5-6 (dibaca ji, ro, lu, ma, nem) sedangkan tangganada pelog memiliki 7 titinada, yaitu : 1-2-3-4-5-6-7 (dibaca ji, ro, lu, pat, ma, nem, pi).

Musik tradisional lainnya yang berasal dari Jawa Tengah dan DI Yogyakarta adalah Genjring, Siter, Calung Banyumas, dan Kenthongan.

7. Musik Tradisional Kalimantan Barat

Alat-alat musik tradisional dari daerah Kalimantan Barat antara lain Sapek (alat petik sejenis gitar dengan kayu ukir), Agukng (Gong), Tawaq (Kempul), Balikan/Kurating (sejenis sapek), Kangkuang (alat musik pukul dari kayu ukir), Keledik / Kadire (alat tiup dari labu dan bambu), dan Entebong (Gendang).

Alat musik Agukng di daerah Kalimantan Barat dapat berfungsi lain yaitu sebagai mas kawin, dudukan / simbol semangat dalam pernikahan dan alat pembayaran dalam hukum adat.

8. Musik Tradisional Kalimantan Selatan

Panting adalah salah satu musik tradisional yang berasal dari suku Banjar daerah Kalimantan Selatan. Disebut panting karena dalam permainannya lebih didominasi oleh alat musik panting.

Tokoh musik yang pertama kali memberi nama musik panting adalah A. Sarbini. Panting adalah alat musik yang berbentuk seperti gambus Arab tetapi lebih kecil dan menggunakan senar nylon.

Alat musik lain yang dimainkan bersama musik panting adalah Babun (kendang), Gong, Biola, Ketipak (rebana kecil), dan Guguncai (tamborin).

Musik panting disajikan dengan lagu-lagu yang biasanya bersyair pantun nasehat. Musik tradisional lainnya yang berasal dari Kalimantan Selatan adalah Gamelan Banjar, Kangkurung, Bumbung, Kintung, Salung, Kangkanong, Bambang, dan Masukkiri.

9. Musik Tradisional Kalimantan Tengah

Alat musik tradisional dari Suku Dayak Kalimantan Tengah adalah Gandang (gendang). Alat musik ini digunakan sebagai salah satu alat musik untuk mengiringi sebuah tarian dayak atau lagu yang dinyanyikan.

Dikalangan masyarakat Suku Dayak Kalimantan khususnya Suku Dayak Kalimantan Tengah dikenal berbagai macam jenis Gandang, antara lain : Gandang Tatau, Gandang Manca yang terdiri dari Gandang Panggulung dan Gandang Paningkah serta jenis Gandang Bontang. Ketiga jenis Gandang tersebut (Gandang Tatau, Gandang Manca dan Gandang Bontang) memiliki ukuran yang berbeda dan penggunaan yang berbeda pula.

10. Musik Tradisional Kalimantan Timur

Tingkilan adalah seni musik tradisional khas Suku Kutai Kalimantan Timur. Kesenian ini memiliki kesamaan dengan kesenian rumpun Melayu. Alat musik yang digunakan adalah Gambus (sejenis gitar berdawai 6), ketipung (semacam kendang kecil), kendang (sejenis rebana yang berkulit sebidang dan besar), Biola, dan Cello.

Musik Tingkilan disertai pula dengan nyanyian yang disebut Betingkilan. Betingkilan sendiri berarti bertingkah-tingkahan atau bersahut-sahutan.

Dahulu sering dibawakan oleh dua orang penyanyi pria dan wanita sambil bersahut-sahutan dengan isi lagu berupa nasihat-nasihat, percintaan, saling memuji, atau bahkan saling menyindir atau saling mengejek dengan kata-kata yang lucu. Musik Tingkilan ini sering digunakan untuk mengiringi tari pergaulan rakyat Kutai, yakni Tari Jepen (sejenis tari-tarian Zapin).

11. Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur

Salah satu musik tradisional dari Nusa Tenggara Timur adalah Sasando Rote. Nusa Tenggara Timur memiliki keunikan dari jenis-jenis alat musiknya. Alat-alat musik tradisional / bunyi-bunyian di Nusa Tenggara Timur pada dasarnya terdiri dari empat jenis yaitu :

- Alat Musik Tiup, seperti : Foy doa, Foy pay, Knobe Khabetas, Knobe oh, Sunding Tongkeng, Nuren, Prere, dan Suling Hidung.

- Alat Musik Petik, seperti : Gambus, Leko Boko / Bijoy, Ketadu Mara, dan Sasando Rote.

- Alat Musik Gesek, seperti : Heo dan Reba.

- Alat Musik Pukul, seperti : Sowito, Mendut, Tatabuang, Thobo, dan Kerontang (dari kayu / bambu), serta seperangkat Gong.

12. Musik Tradisional Nusa Tenggara Barat

Gendang Beleq merupakan musik dan tari tradisional yang berkembang di Lombok. Di Lombok Barat disebut Tari Kecodak dan di Lombok Tengah disebut Tari Oncer. Disebut Gendang Beleq karena penari menggunakan gendang berukuran besar (sasak / beleq = besar) sebagai property atau salah satu alat musiknya.

Dalam musik dan tari Gendang Beleq biasanya terdiri dari dua buah gendang yaitu "gendang mama" (gendang laki-laki) dan "gendang nina" (gendang perempuan), dimana suara gendang mama lebih nyaring dari suara gendang nina. Festival Gendang Beleq atau "Lombok Bagendang" digelar setiap tahun di Senggigi Lombok.

Selain itu, musik tradisional Nusa Tenggara Barat dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah Bima dan daerah Sumba. Musik tradisional daerah Bima masih terpengaruh oleh musik daerah Jawa dengan tangga nada pentatonis dengan bahasa daerah Sumbawa, Sasak, dan Bima. Sedangkan musik tradisional daerah Sumba terpengaruh oleh musik daerah Bali dengan bahasa daerah Sumba, Flores, Timor, dan Belu.

13. Musik Tradisional Sulawesi Selatan

Musik tradisional Sulawesi Selatan terbagi menjadi dua jenis yaitu Musik Makasar (Ujung Pandang) dan Musik Bugis.

Musik Makassar disebut dengan Gendang Bulo. Nama tersebut berasal dari gendang tanpa kulit (membran) yang cara memainkannya dipukul-pukulkan pada suatu benda. Sedangkan Musik Bugis disebut Idiokardo.

Musik tradisional Gendang Bulo juga identik dengan Tari Gendang Bulo. Instrumen lain yang melengkapi kedua jenis diatas adalah sebagai berikut :

a. Alat Musik Tiup antara lain : Puwi-puwi (Hobo), Basing Bugis (Suling Kembang), dan Basing-basing.

b. Genderang dan Terbang atau Rebana.

c. Keso yaitu sejenis rebab dengan dua dawai (Makassar).

d. Kecapi (Makassar) atau Kacaping (Bugis).

e. Popandi atau Talindo yaitu alat musik petik dengan satu dawai.

14. Musik Tradisional Sulawesi Utara

Kolintang merupakan salah satu musik tradisional yang berasal dari daerah Sulawesi Utara. Kolintang dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang mempunyai konstruksi fiber paralel.

Nama Kolintang berasal dari suaranya : tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita lakukan Tong Ting Tang" adalah : "Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata Kolintang.

Beberapa group terkenal seperti Kadoodan, Tamporok, dan Mawenang yang sudah eksis lebih dari 35 tahun. Pembuat kolintang tersebar di Minahasa dan di pulau Jawa. Ssalah satu pembuat kolintang yang terkenal adalah Petrus Kaseke.

15. Musik Tradisional Maluku dan Papua

Di daerah Maluku alat musik yang terkenal adalah Tifa (sejenis gendang) dan Totobuang (sejenis bonang / talempong). Dalam penyajiannya masing-masing alat musik, Tifa dan Totobuang memiliki fungsi yang berbeda-beda dan saling mendukung satu sama lain hingga melahirkan warna musik yang sangat khas. Namun musik ini didominasi oleh alat musik Tifa.

Tifa terdiri dari beberapa jenis, yaitu Tifa Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir Potong dan Tifa Bas, ditambah sebuah Gong. Ada pula alat musik tiupnya adalah Kulit Bia (Kulit Kerang).

Musik tradisional lainnya di daerah Maluku adalah Sawat. Ssawat merupakan perpaduan dari budaya Maluku dan budaya Timur Tengah. Pada beberapa abad silam, bangsa Arab datang untuk menyebarkan agama Islam di Maluku. Dari peristiwa ini kemudian terjadilah campuran budaya termasuk dalam hal musik. Ternukti pada beberapa alat musik Sawat, seperti rebana dan seruling, yang mencirikan alat musik gurun pasir.

Di daerah Papua, Tifa juga merupakan alat musik tradisional yang sangat merakyat. Tifa Papua mirip seperti gendang yang bagian tengah atau salah satu sisinya mengecil. Cara memainkannya adalah dengan di pukul. Tifa Papua terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangkan isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi.

Biasanya penutup sisi ini digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. Bentuknya pun biasanya dibuat dengan ukiran. Tiap suku di Papua memiliki Tifa dengan ciri khasnya masing-masing.

Tifa biasanya dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang, Tarian tradisional Asmat, dan Tarian Gatsi. Tarian ini biasanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti upacara-upacara adat maupun acara-acara penting lainnya.

Itulah rangkuman lengkap mengenai musik tradisional Nusantara beserta contoh alat musiknya. Semoga bermanfaat.
Pengertian, Ciri-ciri dan Fungsi Musik Tradisional Beserta Contohnya

Pengertian, Ciri-ciri dan Fungsi Musik Tradisional Beserta Contohnya



Kali ini saya akan membahas tentang pengertian, ciri-ciri, serta fungsi dari musik tradisional. Apa nama musik tradisional yang ada di daerah tempat tinggal anda? anda bisa menjawabnya dikolom komentar. Kali ini langsung saja kita masuk ke pengertian musik daerah.

Pengertian Musik Daerah atau Musik Tradisional

Istilah tradisional berasal dari kata "tradisi" yang artinya adalah budaya, adat-istiadat, dan kebiasaan hidup sehari-hari dari suatu masyarakat tertentu.

Kebiasaan hidup tersebut sudah berlangsung lama sejak nenek moyang mereka ada dan biasanya diajarkan secara turun-temurun.

Dari pernyataan diatas dapat diartikan bahwa musik tradisional adalah jenis musik yang inspirasi penciptaannya berdasarkan atas budaya dan adat-istiadat dari suatu masyarakat daerah tertentu.

Musik tradisional nusantara disebut juga dengan musik daerah karena setiap daerah yang ada di nusantara ini memiliki jenis musik yang berbeda-beda.

Ciri-ciri dan Fungsi Musik Tradisional

Musik tradisional yang terdapat di berbagai daerah diseluruh wilayah nusantara pada dasarnya memiliki ciri-ciri yang hampir sama. Ciri-ciri musik tradisional antara lain sebagai berikut:

1. Menggambarkan adat-istiadat kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.

2. Berisi pesan-pesan untuk masyarakat setempat.

3. Syair lagunya menggunakan bahasa daerah setempat.

4. Irama dan melodinya bersifat sederhana.


Sedangkan fungsi dan kegunaan musik tradisional nusantara pada umumnya adalah:

1.) Sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan dan kebiasaan dari suatu masyarakat.

2.) Mengiringi kegiatan upacara-upacara tradisional dari suatu masyarakat.

3.) sebagai pengiring pertunjukan / tari tradisional dan kreasi baru.


Contoh Musik Tradisional Dari Berbagai Macam Daerah


Asal Daerah Musik Tradisional
Aceh Didong
Sumatera Utara Gondang
Sumatera Barat Talempong
Jakarta (Betawi) Tanjidor
Jawa Barat Angklung
Jawa Tengah, JaTim, DIY Gamelan
Kalimantan Barat Sapek, Kangkuang, Agukng, Balikan, Keledik, Entebong
Kalimantan Selatan Panting
Kalimantan Tengah Gandang
Kalimantan Timur Tingkilan
Nusa Tenggara Timur Sasando Rote
Nusa Tenggara Barat Gendang Beleq
Sulawesi Selatan Gendang Bulo
Sulawesi Utara Kolintang
Maluku dan Papua Tifa dan Totobuang

Itulah penjelasan tentang pengertian, ciri-ciri dan fungsi musik tradisional lengkap dangan contohnya. Semoga bisa bermanfaat untuk anda.